This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, October 28, 2015

Biological Control Teror atau Suatu Keadilan Untuk Ekologi Tanaman - Rumah Pertanian

Pernahkah terlintas dalam pemikiran anda untuk tidak membunuh barang seekorpun hewan dari jenis serangga dan hewan mamalia berukuran besar, atau pernahkah terlintaskan dalam pikiran anda untuk tidak mencabut sehelai rumputpun atau gulma dilingkungan tempat anda tinggal, andai ada seorang manusia yang sanggup berlaku demikian dalam hidupnya dimuka bumi ini, mungkin kami sepakat untuk mengatakannya dialah seorang �pecinta lingkungan tulen�, mulai detik anda membaca artikel ini marilah kita mengamati siapakah manusia yang sanggup untuk tidak melakukan dua hal pada awal paragraph diatas, hehe.
Biological Control Teror atau Suatu Keadilan Untuk Ekologi Tanaman

Oke, Sebelum kita memasuki pembahasan yang lebih mendalam, tiada bosan-bosannya kami untuk menyampaikan bahwa, tujuan kami menuliskan hal-hal saintis seperti ini, adalah untuk memberikan pendekatan pemahaman yang lebih mudah, khusus kepada masyarakat dunia yang tidak �Familiar� dengan istilah-istilah biologi pertanian, Biological control merupakan salah satu pilihan kami pada saat ini untuk disajikan dalam bahasa yang renyah dan mudah dimengerti, agar kita sama-sama memahami situasi dan kondisi pertanian dunia, lebih khususnya di Negara kami Indonesia.

Baiklah, pertanyaan yang kami tuliskan pada awal paragraph diatas merupakan langkah dasar untuk memahami apa yang disebut dalam istilah biologi pertanian dengan nama �Biological control�, karena dalam penjelasannya aslinya banyak istilah-istilah yang cukup memusingkan � terlebih untuk awam � maka lebih tepat kiranya, untuk anda memikirkan pertanyaan pada awal tulisan ini.

Adalah HS. Smith orang pertama yang mempopulerkan istilah biological control pada tahun 1919, meski sebenarnya orang-orang zaman sebelumnya sudah pula melakukan kegiatan tersebut, namun pada abad ke 19 itulah pertama kali ditekuni sebagai suatu bidang kajian ilmu biologi pertanian, untuk mengatasi kesombongan manusia tentang memusnahkan mahluk hidup lainnya, meski pada kenyataannya hal itu tetap juga terjadi hingga detik ini.

Dalam pengertian yang sederhana untuk bidang pertanian biological control adalah mengendalikan lingkungan biologi, dan memanfaatkan lingkungan biologi dalam mensejahterakan tanaman dari berbagai gangguan hama dan penyakit, lingkungan itu bisa saja dari golongan serangga dan tumbuhan, dalam kalimah sederhananya �Mencari tahu siapa musuh serangga hama tersebut, dari golongan serangga juga atau dari golongan tetumbuh�.

Dibawah ini bisa kita simak factor lingkungan yang bisa mempengaruhi serangga hama ;

1. Factor iklim

Berupa iklim makro, dan iklim mikro

2. Factor biotic

Berupa predator, parasitoid, pathogen dan serangga pesaing.

3. Factor makanan

Berupa kualitas dan kuantitsa makanan

4. Factor lainnya

Mengacu pada pertanyaan diawal tadi, maka pertanyaan itu masuk pada factor biotik dan factor makanan, para peneliti biologi pertanian dibidang pengendalian hayati berjuang tanpa kenal lelah untuk mengetahui, hal apa saja yang membuat serangga hama bisa dihambat pertumbuhan populasinya, dari suatu lingkungan tempat usaha pertanaman dilakukan, karena begitu spesifiknya serangga atau tanaman yang bisa disetting untuk bermusuhan dengan serangga hama, sehingganya manusia harus memilah, untuk tidak membunuh dan mencabut tumbuhan sembarangan.

Karena biological control sifatnya memanipulasi dengan memanfaatkan populasi musuh alami, maka dari itu ia dinilai sebagai usaha pengendalian hama penyakit yang adil, meski konsekuansinya manusia tidak dibolehkan membunuh serangga sembarangan dan mencabuti tumbuhan sesuka hati, dan hal ini menurut kami tentunya suatu usaha terpuji dalam bertindak dan memperlakukan serangga �Terdakwa� hama, dalam menciptakan suasana keadilan dilingkungan pertanaman.

Dampak pemakaian kimia dalam mengendalikan hama penyakit tidak baik untuk kesehatan lingkungan, untuk itu kami menyarankan kepada anda pembaca setia kami, untuk berlaku adil dalam bercocok tanam, dari pesatnya penelitian dan perkembangan teknik pengendalian hama penyakit tanaman yang bersifat hayati, semakin memperjelas bukti kepada kita selaku mahluk Manusia, bahwa segala sesuatu yang Diciptakan di alam raya ini memiliki fungsi dan perannya masing-masing, seperti serangga parasitoid dan predator itu.

Sekian ulasan singkat kita pada artikel ini, semoga pertanian anda semakin menyenangkan dan sampai jumpa dipembahasan selanjutnya.

Salam hangat ..

October 2015 - Selamat datang Pembaca Blog Rumah Pertanian dimanapun Anda berada saat ini, kali ini menyajikan artikel yang berjudul "October 2015", kami telah mempersiapkan artikel kali ini dengan sebaik-baiknya agar Anda dapat membaca dan mengambil informasi yang sedang Anda cari didalamnya. mudah-mudahan isi postingan dari Artikel bioteknologi Artikel ekologi Artikel kamuas istilah pertanian yang kami hadirkan ini dapat membawa banyak manfaat bagi Anda. Baiklah, selamat membaca.

Judul:Biological Control Teror atau Suatu Keadilan Untuk Ekologi Tanaman - Rumah Pertanian
link : Biological Control Teror atau Suatu Keadilan Untuk Ekologi Tanaman - Rumah Pertanian

Baca juga


October 2015

Sunday, October 25, 2015

JENIS TANAMAN APEL - Rumah Pertanian

JENIS TANAMAN APEL. Berikut adalahartikel yang terkait dengan jenis tanaman apel.

JENIS TANAMAN APEL

JENIS TANAMAN APEL
Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:
1) Divisio           :   Spermatophyta
2) Subdivisio     :   Angiospermae
3) Klas              :   Dicotyledonae
4) Ordo             :   Rosales
5) Famili            :   Rosaceae
6) Genus           :   Malus
7) Spesies        : Malus sylvestris Mill
Dari spesiesMalus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble & Wangli/Lali jiwo.
 
October 2015 - Selamat datang Pembaca Blog Rumah Pertanian dimanapun Anda berada saat ini, kali ini menyajikan artikel yang berjudul "October 2015", kami telah mempersiapkan artikel kali ini dengan sebaik-baiknya agar Anda dapat membaca dan mengambil informasi yang sedang Anda cari didalamnya. mudah-mudahan isi postingan dari Artikel BUDIDAYA DESA Artikel BUDIDAYA TANAMAN yang kami hadirkan ini dapat membawa banyak manfaat bagi Anda. Baiklah, selamat membaca.

Judul:JENIS TANAMAN APEL - Rumah Pertanian
link : JENIS TANAMAN APEL - Rumah Pertanian

Baca juga


October 2015

Saturday, October 24, 2015

MENGENAL PARASITOID PENGENDALI HAMA TANAMAN YANG RAMAH LINGKUNGAN - Rumah Pertanian

Tampaknya jenis pengendali hama tanaman yang satu ini tidak cukup populer dikalangan petani, dan penggiat tanaman, bahkan untuk kalangan masyarakat umum istilah parasitoid tidak pula terlalu banyak yang mengenalnya apalagi mengerti �siapa� parasitoid ini, sekilas jika kita simak dari unsur kalimatnya, asalnya dari pengertian �Parasit�, jadi jika kita ingin menterjemahkan arti �parasitoid� secara singkat dan mudah diingat, maka yang harus kita ikut sertakan adalah parasit ,predator (pemangsa) dan parasitoid itu sendiri.

Semenjak kurikulum ilmu biologi diajarkan pada berbagai kelas, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah tinggi, dan pascasarjana, parasit dikenal sebagai sebuah sifat yang lebih berkonotasi negative, �Organisme yang hidup dan mengambil makanan dari organism yang ditempelinya�, dan dalam pemahaman yang lebih umum parasit dan benalu hampir memiliki kriteria yang mirip, hanya saja benalu lebih kepada tumbuhan, sedangkan parasit lebih kepada organisme hidup. Sementara itu istilah parasitoid lebih berkembang pada metode pengendalian secara hayati.

Parasitoid dalam pemahaman ilmu Biologi, diterjemahkan sebagai mahluk yang pola hidupnya berada diantara parasit dan predator, beberapa bagian dari fase metamerfosisnya menjadikan dirinya sebagai pemangsa, sebagai contoh serangga penyengat, fase larva dari serangga penyengat ini hidup dalam seekor inang dan inang itu dimangsanya sampai hancur.

Meski berbagai disiplin ilmu Mikrobiologi mengenal istilah parasitoid, namun tidak semua bidang studi ilmu tersebut mampu mengkaji lebih komplek pemanfaatan sifat parasitoid, misalnya dibidang kedokteran, serangga vector penyakit tanaman, dan lain sebagainya.

PARASITOID DALAM DISIPLIN ILMU PERTANIAN.

Serangga parasitoid lebih populer dalam kajian ilmu pertanian, hal ini serangkai dengan konsep pengenalan �Cara pengendalian hama secara hayati�, sebagai induk dari metode pertanian organic, berbagai kajian ilmiah telah memberikan hasil yang negative terhadap penggunaan bahan kimia dalam pengendalian hama tanaman, baik hasil terhadap lingkungan, nilai kandungan gizi tanaman, dan dampak immun serangga hama yang tercipta akibat penggunaan bahan kimia.

Khusus dalam bidang pertanian sesungguhnya parasitoid sudah dikenal oleh orang-orang dari zaman dahulu, dan pada tahun 1919 HS. Smith mempopulerkannya dengan istilah �Biological control� atau dengan istilah lain mengendalikan serangga hama dengan memanfaatkan serangga lain yang bukan hama, petani-petani China sudah dari dulu memanfaatkan semut rangrang (Oecophylla samaragdina) untuk mengendalikan hama pada tanaman jeruk seperti Tessaratoma papilosa dari ordo Hemiptera.

Dalam kajian ilmu pengendalian hayati yang lebih mendalam lagi, parasitoid tidak hanya membahas tentang serangga hama yang dikendalikan oleh serangga lain, namun dibidang mikroskopisnya juga turut dikembangkan jamur, bakteri, nematoda dan virus begitu pula untuk hewan-hewan yang hidup di air seperti ikan yang bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan penyakit.

PARASITOID DALAM PERTANIAN TERAPAN

Oke Sebaiknya kita tinggalkan sejenak pandangan parasitoid di dunia akademisi kampus, pada keadaan nyata dunia pertanian masyarakat Indonesia, parasitoid menjadi tidak terkenal akibat berbagai persoalan, salah satunya karena tujuan dari pertanian adalah untuk mendapatkan hasil panen sebanyak-banyaknya dengan modal sekecil-kecilnya (agak mirip dengan teori ekonomi classic Adam Smith), hal itu semakin didukung dengan pengembangan teknologi pestisida dan memasarkannya dalam jumlah yang banyak meski harganya mahal.

Kelompok-kelompok tani di Kabupaten Luwu pada umumnya samar-samar mengenal kalimat Parasitoid, namun hampir tidak mengenal bagaimana bentuk serangganya, dan bagaimana pula unsurnya jika parasitoidnya berasal dari jenis bakteri, jamur, virus dan nematoda, rupanya saja tidak diketahui apalagi menerapkannya dalam aplikasi pertanaman.

Sehingga untuk sementara bisa kita simpulkan upaya pengendalian hama pertanaman dengan parasitoid, pada umumnya terjadi di laboratorium dan pada usaha pertanian dalam skala modal besar, untuk pertanian skala miskin kebawah belum terlalui signifikan kedengarannya.

Karena berbagai rintangan yang ditemui untuk mengembangkan parasitoid ini, beberapa hal patut kita acungkan jempol, seperti pengembangan parasitoid dari jenis bakteri, virus, nematoda dan jamur, dimana untuk jenis ini sudah dikomersilkan dalam bentuk �INSEKTISIDA�, jadi jika anda menemukan merek produk pengendalian serangga dengan tulisan Insektisida maka itu berasal dari parasitoid golongan mikroskopis, namun anda juga perlu hati-hati karena produk seperti itu juga mudah sekali dipalsukan.

JENIS-JENIS SERANGGA PARASITOID

Bagi pembaca yang terbetik hati ingin mengetahui rupa dari serangga-serangga, hewan-hewan dan mahluk mikroskopis parasitoid bisa disimak pada keterangan dibawah ini.

1. Serangga parasitoid dari ordo Hymenoptera

2. Serangga parasitoid dari ordo Diptera

3. Parasitoid dari kelompok ikan Gambusia Affinis, untuk mengendalikan larva nyamuk

4. Parasitoid dari golongan nematoda seperti nematode Steinernema SP

5. Parasitoid dari kelompok burung, burung Mynah (Acridotheres tristis), burung ini dimanfaatkan untuk mengendalikan belalang kembara merah

6. Dan masih banyak jenis mahluk lainnya.

Nah, bagaimana pemirsa hebat bukan ternyata parasitoid ini, jika kita mengendalikan tanaman dengan cara ini bisa dipastikan keadaan lingkungan kita akan semakin ramah, sampai jumpa pada pembahasan selanjutnya.








Sumber Foto * Dokumentasi foto fakultas pertanian Universitas Andalas (www.faperta.unand.ac.id)
October 2015 - Selamat datang Pembaca Blog Rumah Pertanian dimanapun Anda berada saat ini, kali ini menyajikan artikel yang berjudul "October 2015", kami telah mempersiapkan artikel kali ini dengan sebaik-baiknya agar Anda dapat membaca dan mengambil informasi yang sedang Anda cari didalamnya. mudah-mudahan isi postingan dari Artikel kendali hama Artikel parasitoid Artikel pertanian organik yang kami hadirkan ini dapat membawa banyak manfaat bagi Anda. Baiklah, selamat membaca.

Judul:MENGENAL PARASITOID PENGENDALI HAMA TANAMAN YANG RAMAH LINGKUNGAN - Rumah Pertanian
link : MENGENAL PARASITOID PENGENDALI HAMA TANAMAN YANG RAMAH LINGKUNGAN - Rumah Pertanian

Baca juga


October 2015

Thursday, October 22, 2015

Metode Pengendalian Tikus dengan Kultur Teknis - Rumah Pertanian

Di dalam pengendalian hama tikus ada beberapa metode yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan pengendalian kultur teknis. Prinsip dasar dari metode ini adalah dengan membuat lingkungan yang tidak menguntungkan atau tidak mendukung bagi kehidupan dan perkembangan populasi hama tikus. Pengendalian ini terbgai dalam beberapa cara, yaitu:

1. Pengaturan pola tanam
Cara ini hanya berlaku untuk tanaman semusim, dengan tujuan untuk membatasi ketersediaan makanan yang sesuai bagi reproduksi tikus. Misalnya, pola tanam padi yang dapat dilakukan untuk penanaman tiga kali dalam jangka waktu satu tahun adalah:
padi-padi-palawija,
padi-palawija-padi,
padi-palawija-palawija.

Hal ini didasarkan pada pola reproduksi tikus yang biasanya meningkat pada akhir musim tanam padi sehingga perlu diselingi dengan tanaman palawija. Nutrisi palawija kurang cocok bagi metabolisme tikus dibandingkan dengan nutrisi padi sehingga populasi tikus di areal pertanaman akan menurun. Jenis palawija yang dapat ditanam adalah jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, atau dapat juga dengan menanam hortikultura sayuran yang berumur pendek.

2. Pengaturan waktu tanam
Pengaturan waktu tanam adalah menanam secara serempak jenis komoditas dan varietas yang sama dalam areal yang cukup luas (minimal 10 ha). Tujuannya adalah untuk menyebar kerusakan yang diakibatkan oleh tikus pada hamparan tersebut atau dengan kata lain kerusakan oleh tikus tidak terpusat pada satu petakan saja. 

3. Pengaturan jarak tanam
Yaitu mengatur jarak tanam lebih lebar dari biasanya dengan tujuan agar tercipta lingkungan yang lebih terbuka yang kurang disukai oleh tikus atau menghambat pergerakan tikus.

4. Penggunaan tanaman perangkap (trap crop)
Metode ini sebenarnya merupakan perpaduan antara metode pengendalian secara kultur teknis dengan pengendalian secara mekanis. Pada areal yang sempit, yang berada di tengah-tengah pertanaman yang luas, ditanami terlebih dahulu dengan tanaman yang disukai oleh tikus, misalnya padi. Selanjutnya pada sisa lahan yang luas di sekitarnya ditanami komoditas yang diinginkan, atau dapat juga tanaman padi. Pada saat tanaman padi yang berada di tengah pertanaman memasukii fase generatif, tikus akan berkumpul di areal tersebut, pada saat itulah dapat dilakukan perburuan atau gropyokan.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengendalian kultur teknis ini adalah:
1. Tidak memerlukan waktu khusus untuk pengendalian karena dapat dilaksanakan bersama-sama dengan tindakan budidaya tanaman.
2. Menumbuhkan sifat gotong royong bagi masyarakat tani di dalam merencanakan suatu penanaman komoditas tanaman pangan.
3. Sistem ini efisien dalam hal biaya dan waktu.

Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah:
1. Hasilnya tidak dapat dipastikan karena banyak faktor luar yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian ini.
2.  Memerlukan perencanaan yang sangat matang sehingga kesalahan di dalam perencanaan dapat mengakibatkan kegagalan.

menanam-tanaman
(Sumber foto: naturalnusantara.org)

October 2015 - Selamat datang Pembaca Blog Rumah Pertanian dimanapun Anda berada saat ini, kali ini menyajikan artikel yang berjudul "October 2015", kami telah mempersiapkan artikel kali ini dengan sebaik-baiknya agar Anda dapat membaca dan mengambil informasi yang sedang Anda cari didalamnya. mudah-mudahan isi postingan dari Artikel kendali hama Artikel pengendalian hayati Artikel tikus yang kami hadirkan ini dapat membawa banyak manfaat bagi Anda. Baiklah, selamat membaca.

Judul:Metode Pengendalian Tikus dengan Kultur Teknis - Rumah Pertanian
link : Metode Pengendalian Tikus dengan Kultur Teknis - Rumah Pertanian

Baca juga


October 2015

Thursday, October 8, 2015

Teknik Cara Budidaya Apel ( Malus sylvestris Mill ) Lengkap - Rumah Pertanian

Teknik Cara Budidaya Apel ( Malus sylvestris Mill ) - Untuk artikel tentang PEDOMAN TEKNIK MENANAM APEL akan disampaikan peta halamannya adalah sebagai berikut:

Peta Halaman Teknik Cara Budidaya Apel ( Malus sylvestris Mill ) Lengkap
8.    PANEN APEL
9.    PASCAPANEN APEL

Teknik Cara Budidaya Apel ( Malus sylvestris Mill ) Lengkap

Teknik Cara Budidaya Apel ( Malus sylvestris Mill ) Lengkap
Teknik Cara Budidaya Apel ( Malus sylvestris Mill ) Lengkap

1.    SEJARAH SINGKAT APEL
Apel merupakan tanaman buah  tahunan yg berasal dr daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini.

2.    JENIS TANAMAN APEL
Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:
1) Divisio           :   Spermatophyta
2) Subdivisio     :   Angiospermae
3) Klas              :   Dicotyledonae
4) Ordo             :   Rosales
5) Famili            :   Rosaceae
6) Genus           :   Malus
7) Spesies        : Malus sylvestris Mill

Dari spesiesMalus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble & Wangli/Lali jiwo.

3.    MANFAAT TANAMAN APEL
Apel mengandung banyak vitamin C & B. Selain itu apel kerap menjadi pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi.

4.    SENTRA PENANAMAN APEL
Di Indonesia, apel dpt tumbuh & berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu & Poncokusumo) & Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang  pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng & Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur & Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, & Australia.

5.    SYARAT TUMBUH APEL
5.1.  Iklim
1) Curah hujan yg ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dgn hari hujan 110-150 hari/tahun. dlm setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan & bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yg tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tdk dpt menjadi buah.
2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yg cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan.
3) Suhu yg sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.
4) Kelembaban udara yg dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.

5.2.  Media Tanam
1) Tanaman apel tumbuh dgn baik pada tanah yg bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, & struktur tanahnya remah & gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, & porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara & kemampuan menyimpanan airnya optimal.
2) Tanah yg cocok adalah Latosol, Andosol & Regosol.
3) Derajat keasaman tanah (pH) yg cocok utk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yg dibutuhkan adalah air tersedia.
4) dlm pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.
5) Kelerengan yg terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.

5.3.  Ketinggian Tempat
Tanaman apel dpt tumbuh & berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl. dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl
.
6.    PEDOMAN BUDIDAYA APEL
6.1.  Pembibitan
Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif & generatif. Perbanyakan yang baik & umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama & sering menghasilkan bibit yg menyimpang dari induknya. Teknik perbanyakan generatif dilakukan dgn biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dgn okulasi atau penempelan (budding), sambungan (grafting) & stek.

1) Persyaratan Benih
Syarat batang bawah: merupakan apel liar, perakaran luas & kuat, bentuk pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas adalah berasal dr batang tanaman apel yg sehat & memilki sifat-sifat unggul.

2) Penyiapan Benih
Penyiapan benih dilakukan dgn cara perbanyakan batang bawah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Anakan / siwilan
1. Ciri anakan yg diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm & kulit batang kecoklatan.
2. Anakan diambil dr pangkal batang bawah tanaman produktif dgn cara menggali tanah disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara berlahan-lahan & hati-hati.
3. Setelah anakan dicabut, anakan dirompes & cabang-cabang dipotong, lalu ditanam pada bedengan selebar 60 cm dgn kedalaman parit 40 cm.
b) Rundukan (layering)
1. Bibit hasil rundukan dpt diperoleh dua cara yaitu:
- Anakan pohon induk apel liar : anakan yg agak panjang direbahkan
melekat tanah, kemudian cabang dijepit kayu & ditimbun tanah;
penimbunan dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapat dipisahkan dgn cara memotong cabangnya.
- Perundukan tempelan batang bawah : dilakukan pada waktu tempelan dibuka (2 minggu) yaitu dgn memotong 2/3 bagian penampang batang bawah, sekitar 2 cm diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkan dalam tanah kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepit kayu atau bambu.
2. Setelah rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit dengan cara memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau tekukan. Bekas luka diolesi defolatan.
c) Stek
Stek apel liar berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam & lurus), sebelum ditanam bagian bawah stek dicelupkan ke larutan  Roton F untuk merangsang pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan ditanami dua baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang �  1 cm & perakaran cukup cukup kuat.

3) Teknik Pembiitan
a) Penempelan
1. Pilih batang bawah yg memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan, diameter batang �  1 cm & kulit batangnya mudah dikelupas dr kayu.
2. Ambil mata tempel dr cabang atau batang sehat yg berasal dr pohon apel varietas unggul yg telah terbukti keunggulannya. Caranya adalah dengan menyayat mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm (Matanya ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dgn hati-hati agar matanya tdk rusak
3. Buat lidah kulit batang yg terbuka pada batang bawah setinggi �  20 cm dari pangkal batang dgn ukuran yg disesuaikan dgn mata tempel. Lidah tersebut diungkit dr kayunya & dipotong setengahnya.
4. Masukkan mata tempel ke dlm lidah batang bawah sehingga menempel dengan baik. Ikat tempelan dgn pita plastik putih pada seluruh bagian tempelan.
5. Setelah 2-3 minggu, ikatan tempelan dpt dibuka & semprot/ kompres dengan ZPT. Tempelan yg jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna hijau segar & melekat.
6. Pada okulasi yg jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi dengan posisi milintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian penampang. Tujuannya utk mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan mata tunas.
b) Penyambungan
1. Batang atas (entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).
2. Batang bawah dipotong pada ketinggian �  20 cm dr leher akar.
3. Potong pucuknya & belah bagian tengah batang bawah denngan panjang 2-5 cm.
4. Cabang entres dippotong sepanjang �  15 cm (� 3 mata), daunnya dibuang, lalu pangkal batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan sama dengan panjang belahan batang bawah.
5. Batang atas disisipkan ke belahan batang bawah, sehingga kambium keduanya bisa bertemu.
6. Ikat sambungan dgn tali plastik serapat mungkin.
7. Kerudungi setiap sambungan dgn kantung plastik. Setelah berumur 2-3 minggu, kerudung plastik dpt dibuka utk melihat keberhasilan sambungan.
4) Pemeliharaan pembibitan
Pemeliharaan batang bawah meliputi
a) Pemupukan: dilakukan 1-2 bulan sekali dgn urea & TSP masing-masing 5 gram per tanaman ditugalkan  (disebar mengelilingi) di sekitar tanaman.
b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma. 
c) Pengairan: satu minggu sekali (bila tdk ada hujan)
d) Pemberantasan hama & penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan dengan memperhatikan gejala serangan. Fungisida yg digunakan adalah Antracol atau Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide atau Decis. Bersama dgn ini dpt pula diberikan pupuk daun, ditambah perekat Agristic.
5) Pemindahan Bibit
Bibit okulasi grafting (penempelan & sambungan) dpt dipindahkan ke lapang pada umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.

6.2.  Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Persiapan yg diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah & pelaksanaan survai. Tujuannya utk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan & biaya yang diperlukan.
2) Pembukaan Lahan
Tanah diolah dgn cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yg masih tertinggal 
3) Pembentukan Bedengan
Pada tanaman apel bedeng hampir tdk diperlukan, tetapi hanya peninggian alur penanaman.
4) Pengapuran
Pengapuran bertujuan utk menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dr 6.
5) Pemupukan
Pupuk yg diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yg dicampur merata dgn tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.

6.3.  Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Tanaman apel dpt ditanam secara monokultur maupun intercroping. Intercroping hanya dpt dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dpt dilakukan dgn tanaman yg berhabitat
rendah, seperti cabai, bawang & lain-lain. Tanaman apel tdk dpt ditanam pada jarak yg terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yg akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat & meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yg ideal utk tanaman apel tergantung varietas. utk varietas Manalagi & Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan utk varietas Rome Beauty & Anna dpt lebih pendek yaitu 2-3  x 2.5-3 m.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurang-kurangnya 20 kg.  Setelah itu tanah dibiarkan selama �  2 minggu, & menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.
3. Cara Penanaman
Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan. Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut:
a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.
b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.
c. Masukan tanah bagian atas dlm lubang sampai sebatas akar & ditambah tanah galian lubang.
d. Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengan tangan agar bibit tertanam kuat & lurus. utk menahan angin, bibit dapat ditahan pada ajir dgn ikatan longgar.
6.4.  Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan & penyulaman
Penjarangan tanaman tdk dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan pada tanaman yg mati atau dimatikan kerena tdk menghasilkan dgn cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.
2)     Penyiangan
Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma yang dianggap dpt mengganggu tanaman. Pada kebun yg ditanami apel dengan jarak tanam yg rapat (�  3x3 m), peniangan hampir tdk perlu dilakukan karena tajuk daun menutupi permukaan tanah sehingga rumput-rumput tidak dapat tumbuh.
3) Pembubunan
Penyiangan biasanya diikuti dgn pembubunan tanah. Pembubunan dimaksudkan utk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak tergenang air & juga utk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya dilakukan setelah panen atau bersamaan dgn pemupukan.
4) Perempalan/Pemangkasan
Bagian yg perlu dipangkas adalah bibit yg baru ditanam setinggi 80 cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dr pucuk, 4-6 mata & bekas tangkai buah, knop yg tdk subur, cabang yg berpenyakit dan tdk produkrif, cabang yg menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun
yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk yg diinginkan(4-5 tahun).
5) Pemupukan
a) Pada musim hujan/tanah sawah
1. Bersamaan rompes daun ( <  3 minggu). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, KCl/ZK �  3 kg/pohon (4:2:1).
2. Melihat situasi buah, yaitu bila buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes. NPK (15-15-15) 1 kg/pohon atau campuran Urea, TSP & KCl/ZK �  1 kg/pohon (1:2:1)
b) Musim kemarau/tanah tegal
1. Bersamaan rompes tdk diberi pupuk (tidak ada air).
2. 2-3 bulan setelah rompes (ada hujan). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau campuran Urea, TSP, & KCl/ZK �  3 kg/pohon (4:2:1).
Cara pemupukan disebar di sekeliling tanaman sedalam �  20 cm sejauh lebar daun, lalu ditutup tanah & diairi. Untuk pupuk kandang cukup diberikan sekali setahun (2 x panen) 1-2 pikul setiap pohon pada musim kemarau setelah panen. Untuk meningkatkan pertumbuhan perlu diberikan pupuk daun & ZPT pada 5-7 hari sampai menjelang bunga setelah rompes (Gandasil B 1 gram/liter) + Atonik/Cepha 1 cc/liter diselingi dgn Metalik-Multi Mikro & 5-7 hari sekali sampai menjelang panen (2,5 bulan) dr rompes Gandasil D (1 gram/liter). Selain itu perlu digunakan zat pengatur tumbuh Dormex sekali setahun setelah rompes (jangan sampai 10 hari setelah rompes) sebanyak 2600 liter larutan dengan dosisi 3 liter/200 literair.
6) Pengairan & Penyiraman
Untuk pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yg memadai sepanjang musim. Pada musim penghujan, masalah kekurangan air tdk ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Krena itu perlu drainase yg baik. Sedangkan pada musim kemarau masalah kekurangan air harus diatasi dgn cara menyirami tanaman sekurang-kurangnya 2 minggu sekali dgn cara dikocor.
7) Penyemprotan Pestisida
Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dgn dosis ringan. utk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dgn dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. Jenis & dosis pestisida yg digunakan dlm menanggulangi hama sangat beragam tergantung dgn hama yg dikendalikan & tingkat populasi hama tersebut, pengendalian secara lebih terinci akan dijelaskan pada poin hama dan penyakit.
8) Pemeliharaan Lain
a) Perompesan
Perompesan dilakukan utk mematahkan masa dorman didaerah sedang. Di darah tropis perompesan dilakukan utk menggantikan musim gugur di daerah iklim sedang baik secara manual oleh manusia (dengan tangan) 10 hari setelah panen maupun dgn menyemprotkan bahan kimia seperti Urea 10%+Ethrel 5000 ppm 1 minggu setelah panen 2 kali dgn selang satu minggu).
b) Pelengkungan cabang
Setelah dirompes dilakukan pelengkungan cabang utk meratakan tunas lateral dgn cara menarik ujung cabang dgn tali & diikatkan ke bawah. Tunas lateral yg rata akan memacu pertumbuhan tunas yg berarti mamacu terbentuknya buah.
c) Penjarangan buah
Penjarangan dilakukan utk meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam, kulit baik, & sehat, dilakukan dgn membuang buah yg tdk normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil). utk memdapatkan buah yg baik satu tunas hendaknya berisi 3-5 buah.
d) Pembelongsongan buah
Dilakukan 3 bulan sebelum panen dgn menggunakan kertas minyak berwarna putih sampai keabu-abuan/kecoklat-cokltan yg bawahnya berlubang. Tujuan buah terhindar dr serangan burung & kelelawar dan menjaga warna buah mulus.
e) Perbaikan kualitas warna buah
Peningkatan warna buah dpt dilakukan dgn bahan kimia Ethrel, Paklobutrazol, 2,4 D baik secara tunggal maupun kombinasi.

7.    HAMA & PENYAKIT APEL
7.1.  Hama
1) Kutu hijau (Aphis pomi  Geer)
Ciri : kutu dewasa berwarna hijau kekuningan, antena pendek, panjang tubuh 1,8 mm, ada yg bersayap ada pula yg tidak; panjang sayap 1,7 mm berwarna hitam; perkembangbiakan sangat cepat, telur dpt menetas dlm 3-4 hari.

Gejala : (1) nimfa maupun kutu dewasa menyerang dgn mengisap cairan sel-sel daun secara berkelompok dipermukaan daun muda, terutama ujung tunas muda, tangkai cabang, bunga, & buah; (2) kutu menghasilkan embun madu yang akan melapisi permukaan daun & merangsang tumbuhnya jamur hitam (embun jelaga); daun berubah bentuk, mengkerut, leriting, terlambat berbunga, buah-buah muda gugur,jika tdk mutu buahpun jelek.
Pengendalian : (1) sanitasi kebun & pengaturan jarak tanam (jangan terlalu rapat); (2) dgn musuh alami coccinellidae lycosa ; (3) dgn penyemprotan Supracide 40 EC (ba Metidation) dosis 2 cc/liter air atau 1-1,6 liter; (4) Supracide 40 EC dlm 500-800 liter/ha air dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali; (5) Convidor 200 SL (b.a. Imidakloprid) dosis 0,125-0,250 cc/liter air; (6) Convidor 200 SL dlm 600 liter/ha air dgn interval penyemprotan 10 hari sekali (7) Convidor ini dpt mematikan sampai telur-telurnya; cara penyemprotan dr atas ke bawah. Penyemprotan dilakukan 1-2 minggu sebelum pembungaan & dilanjutkan 1-1,5 bulan setelah bunga mekar sampai 15 hari sebelum panen.
2) Tungau, Spinder mite, cambuk merah ( panonychus Ulmi)
Ciri : berwarna merah tua, & panjang 0,6 mm.
Gejala : (1) tungau menyerang daun dgn menghisap cairan sel-sel daun; (2) pada serangan hebat menimbulkan bercak kuning, buram, cokelat, & mengering; (3) pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau coklat.
Pengendalian : (1) dengan musah alami coccinellidae  & lycosa ; (2) penyemprotan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dlm 500 liter air per hektar dgn interval 2 minggu.
3) Trips
Ciri : berukuran kecil dgn panjang 1mm; nimfa berwarna putih kekuning-kuningan; dewasa berwarna cokelat kehitam-hitaman; bergerak cepat & bila tersentuh akan segera terbang menghindar.
Gejala : (1) menjerang daun, kuncup/tunas, & buah yg masih sangat muda; (2) pada daun terlihat berbintik-bintik putih, kedua sisi daun menggulung ke atas & pertumbuhan tdk normal;
(3) daun pada ujung tunas mengering & gugur (4) pada daun meninggalkan bekas luka berwarna coklat abu-abu.
Pengendalian : (1) secara mekanis dengan membuang telur-telur pada daun & menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidk terlalu rapat; (2) penyemprotan dgn insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a.Methomyl) dgn dosis 2 cc/liter air atau Lebaycid 550 EC (b.a. Fention) dengan dosis 2 cc/liter air pada sat tanaman sedang bertunas, berbunga, dan pembentukan buah.
4) Ulat daun ( Spodoptera litura)
Ciri : larva berwarna hijau dgn garis-garis abu-abu memanjang dr abdomen sampai kepala.pada lateral larva terdapat bercak hitam berbentuk lingkaran atau setengah lingkaran, meletakkan telur secara berkelompok & ditutupi dengan rambut halus berwarna coklat muda.
Gejala : menyerang daun, mengakibatkan lubang-lubang tdk teratur hingga tulang-tulang daun.
Pengendalian : (1) secara mekanis dgn membuang telur-telur pada daun; (2) penyemprotan dengan penyemprotan seperti Tamaron 200 LC (b.a Metamidofos) & Nuvacron 20 SCW (b.a.  Monocrotofos).
5) Serangga penghisap daun ( Helopelthis Sp)
Ciri : Helopelthis Theivora dengan abdomen warna hitam & merah, sedang HelopelthisAntonii
 dgn abdomen warna merah & putih. Serabgga berukuran kecil. Penjang nimfa yg baru menetas 1mm & panjang serangga dewasa 6-8 mm. Pada bagian thoraknya terdapat benjolan yg menyerupai jarum.
Gejala : menyerang pada pagi, sore atau pada saat keadaan berawan; menyerang daun muda, tunas & buah buah dgn cara menhisap cairan sel; daun yang terserang menjadi coklat & perkembanganya tdk simetris; tunas yang terserang menjadi coklat, kering & akhirnya mati; serangan pada buah menyebabkan buah menjadibercak-bercak coklat, nekrose, & apabila buah membesar, bagian bercak ini pecah yg menyebebkan kualitas buah menurun.
Pengendalian : (1) secara mekanis dgn cara pengerondongan atap plastik/pembelongsongan buah. (2) Penyemprotan dgn insektisida seperti Lannate 25 WP (b.a. Metomyl), Baycarb 500 EC (b.a. BPMC), yg dilakukan pada sore atau pagi hari.
6) Ulat daun hitam ( Dasychira Inclusa Walker)
Ciri : Larva mempunyai dua jambul dekat kepala berwarna hitam yg mengarah kearah samping kepala. Pada bagian badan terdapat empat jambul yang merupakan keumpulan seta berwarna coklat kehitam-hitaman. Disepanjang kedua sisi tubuh terdapat rambut berwarna ab-abu. Panjang larva 50 mm.
Gejala : menyerang daun tua & muda; tanaman yg terserang tinggal tulang daun-daunnya dgn kerusakan 30%; pada siang hari larva bersembunyi di balik daun.
Pengendalian : (1) secara mekanis dgn membuang telur-telur yang biasanya diletakkan pada daun; (2) penyemprotan insektisida seperti: Nuvacron 20 SCW (b.a. Monocrotofos) & Matador 25 EC.
7) Lalat buah ( Rhagoletis Pomonella )
Ciri:  larva tdk berkaki, setelah menetas dr telur (10 hari) dpt segera memakan daging buah. Warna lalat hitam, kaki kekuningan & meletakkan telur pada buah.
Gejala : bentuk buah menjadi jelek, terlihat benjol-benjol.
Pengendalian : (1) penyemprotan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC; (2) membuat perangkat lalat jantan dgn menggunakan Methyl eugenol sebanyak 0,1 cc ditetesan pad kapas yg sudah ditetesi insektisida 2 cc. Kapas tersebutkapas tersebut dimasukkan ke botol plastik (bekas air mineral) yang digantungkan ketinggian 2 meter. Karena aroma yg mirip bau-bau yang dikeluarkan betina, maka jantan tertarik & menhisap kapas.
7.2.  Penyakit
1) Penyakit embun tepung (Powdery Mildew)
Penyebab : Padosphaera leucotich Salm. dgn stadia imperfeknya adalah
oidium Sp.
Gejala : (1) pada daun atas tampak putih, tunas tdk normal, kerdil dan tidak berbuah; (2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat.
Pengendalian : (1) memotong tunas atau bagian yg sakit & dibakar; (2) dgn menyemprotka fungisida Nimrod 250 EC 2,5-5 cc/10 liter air (500liter/Ha) atau Afugan 300 EC 0,5-1 cc/liter air (pencegahan) & 1-1,5 cc/liter air setelah perompesan sampai tunas berumur 4-5 minggu dgn interval 5-7 hari.
2) Penyakit bercak daun ( Marssonina coronaria J.J. Davis )
Gejala : pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dr daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur.
Pengendalian : (1) jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yg terserang dibuang & dibakar; (2) disemprot fungisida Agrisan 60 WP 2 gram/liter air, dosis 1000-2000 gram/ha sejak 10 hari
setelah rompes dgn interval 1 minggu sebanyak 10 aplikasi atau Delseme MX 200 2 gram/liter air, Henlate 0,5 gram/liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan interval 7 hari hingga 4 minggu.
3) Jamur upas ( Cortisium salmonicolor Berk et Br)
Pengendalian : mengurangi kelembapan kebun, menghilangkan bagian tanaman
yang sakit.
4) Penyakit kanker ( Botryosphaeria Sp.)
Gejala : menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), & buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair & warna buah pucat.
Pengendalian : (1) tdk memanen buah terlalu masak; (2) mengurangi kelembapan kebun; (3) membuang bagian yang sakit; (4) pengerokkan batang yg sakit lalu diolesi fungisida Difolatan 4 F
100 cc/10 liter air atau Copper sandoz; (5) disemprot Benomyl 0,5 gram/liter air, Antracol 70 WP 2 gram/liter air.
5) Busuk buah ( Gloeosporium  Sp.)
Gejala : bercak kecil cokelat & bintik-bintik hitam berubah menjadi orange.
Pengendalian : tdk memetik buah terlalu masak & pencelupan dengan Benomyl 0,5 gram/liter air utk mencegah penyakit pada penyimpanan.
6) Busuk akar (Armilliaria Melea)
Gejala : menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dgn layu daun, gugur, & kulit akar membusuk.
Pengendalian : dgn eradifikasi, yaitu membongkar/mencabut tanaman yg terserang beserta akar-akarnya, bekas lubang tdk ditanami minimal 1 tahun.

8.    PANEN APEL
8.1.  Ciri & Umur Panen
Pada umumnya buah apel dpt dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas & iklim. Rome Beauty dpt dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dr bunga mekar, Manalagi dpt dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar & Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan & tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang.
Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak  normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres
.
8.2.  Cara Panen
Pemetikan apel dilakukan dgn cara memetik buah dgn tangan secara serempak utk setiap kebun.
8.3.  Periode Panen
Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan.
8.4.  Prakiraan Produksi
Produksi buah apel sangat tergantung dgn varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon.
9.    PASCAPANEN APEL
9.1.  Pengumpulan
Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yg teduh & tdk terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan apel yang tinggi kualitas & kuantitasnya. Pengumpulan dilakukan dgn hati-hati dan jangan ditumpuk & dilempar-lempar, lalu dibawa dgn keranjang ke gudang untuk diseleksi.
9.2.  Penyortiran & Penggolongan
Penyortiran dilakukan utk memisahkan antara buah yg baik & bebas penyakit dengan buah yg jelek atau berpenyakit, agar penyakit tdk tertular keseluruh buah yang dipanen yg dpt  menurunkan mutu produk. Penggolongan dilakukan utk mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis varietas, ukuran & kualitas buah.
9.3.  Penyimpanan
Pada dasarnya apel dpt disimpan lebih lama dibanding dgn buahan lain, misal Rome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127-141 hari). utk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 derajat C dgn precooling
  2,2 derajat C.
9.4.  Pengemasan & Transportasi
Kemasan yg digunakan adalah kardus dgn ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar & diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2atau berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah.

Sumber artikel Teknik Cara Budidaya Apel ( Malus sylvestris Mill ) Lengkap ini adalah : http://www.warintek.ristek.go.id


Artikel Lainnya:
October 2015 - Selamat datang Pembaca Blog Rumah Pertanian dimanapun Anda berada saat ini, kali ini menyajikan artikel yang berjudul "October 2015", kami telah mempersiapkan artikel kali ini dengan sebaik-baiknya agar Anda dapat membaca dan mengambil informasi yang sedang Anda cari didalamnya. mudah-mudahan isi postingan dari Artikel BUDIDAYA DESA Artikel BUDIDAYA TANAMAN yang kami hadirkan ini dapat membawa banyak manfaat bagi Anda. Baiklah, selamat membaca.

Judul:Teknik Cara Budidaya Apel ( Malus sylvestris Mill ) Lengkap - Rumah Pertanian
link : Teknik Cara Budidaya Apel ( Malus sylvestris Mill ) Lengkap - Rumah Pertanian

Baca juga


October 2015

Saturday, October 3, 2015

Cara Membuat Kayu Lapuk Menjadi Pupuk Organik - Rumah Pertanian


Cara Membuat Kayu Lapuk Menjadi Pupuk Organik

Memanfaatkan alam guna melepas ketergantungan dari pupuk berbahan kimia memang sedikit rumit, banyak alasan yang tidak mendukung untuk bertani dengan konsep memanfaatkan alam, salah satu diantaranya adalah karena bertanam dengan proses Instan, oleh karena itu bertani dengan memanfaatkan alam menjadi tidak popular dikalangan petani, padahal lebih banyak manfaat yang bisa kita dapati manakala bertani dengan cara memanfaatkan sumber daya alam sekitar.

Pada beberapa artikel terdahulu juga sudah banyak kita membahas tentang pemanfaatan alam dalam berbudidaya pertanian, seperti memanfaatkan sisa limbah rumah tangga, membuat KCL dari teknik yang Paling sederhana, membuat perangkap untuk serangga. Salah satu yang InsyaAllah kita bahas kali ini adalah tentang pemanfaatan pelapukan tanaman untuk tanaman itu sendiri yaitu kayu lapuk.

Kayu lapuk biasanya menjadi sampah pembakaran saja, padahal kayu lapuk ini bisa dimanfaatkan untuk bahan pupuk alami tanaman, karena didalam kayu lapuk terdapat unsure organic yang sangat besar manfaatnya bagi perkembangan nutrisi tanah, jika selama ini kebanyakan kayu lapuk hanya dijadikan sebagai bahan dasar bangunan, maka tidak ada salahnya anda mencoba memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman.

Didalam disiplin ilmu bumi, Para ahli ilmu bumi berpendapat bahwa unsure nitrogen di bumi ini tidak pernah berlebih dan berkurang, semenjak bumi di bentangkan unsure nitrogennya selalu berjumlah sama sampai detik ini, karena itu salah satu yang kita manfaatkan dari kayu lapuk untuk pertumbuhan tanaman adalah dengan mengambil unsure nitrogen yang terkandung didalam kayu lapuk tersebut.

Unsur kimia pada kayu lapuk yang bermanfaat bagi tanaman

Pada sebatang kayu lapuk biasanya terdapat kandungan nitrogen sebanyak 0,04% sampai 0,10 %, hydrogen sebanyak 6%, abu sebanyak 0,20 sampai 0,50, hemiselulosa sebanyak 15 sampai 25 %, semua kandungan kimia kayu tersebut, baik untuk dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.

Cara pemanfaatan kayu lapuk untuk pupuk tanah dan tanaman.

Untuk menjadikan kayu lapuk sebagai pupuk tanah, ada beberapa tahapan yang perlu kita lakukan.

1. Kayu lapuk dicincang halus.

2. Siapkan tanah jenis alfisol, tujuannya untuk sebagai perekat pada tanah yang akan kita jadikan pupuk, kenapa tanah alfisol karena jenis tanah ini tidak banyak mengandung unsure liat.

3. Setelah tanah dicincang halus, campurkan dengan tanah alfisol, kemudian endapkan didalam karung.

4. Setelah tanah diendapkan siapkan air kelapa (satu buah kelapa) atau air sisa pencucian beras, sebaiknya kedua jenis air tadi dicampurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

5. Air kelapa yang sudah dicampur dengan air bekas cucian beras, disiramkan kedalam campuran kayu lapuk dengan tanah alfisol, sebaiknya campuran kayu lapuk dan tanah tersebut diendapkan selama lebih kurang satu bulan, semakin lama diendapkan akan semakin bagus hasilnya.

Pemberian campuran air kelapa dan air bekas cucian beras pada endapan kayu lapuk, bisa dilakukan setiap hari, selama satu atau dua bulan masa endapan, kegiatan pengendapan ini kayu lapuk dan tanah ini bermaksud untuk mengurai senyawa-senyawa selulosan, lignin, dan hydrogen menjadi senyawa organic yang baik untuk tanah dan tanaman.
Kegiatan pembuatan pupuk dari kayu lapuk diatas sudah saya lakukan, dan dipergunakan untuk bahan dasar tanah pada tanaman cabai polibeg, hingga pengalaman ini saya tulis pertanaman cabai saya tumbuh dengan subur dan sehat, juga tahan terhadap penyakit virus yang disebabkan oleh serangga vector Bemicia Tabacci (kutu kebul).

Selain bagus untuk pupuk tanaman palawija dan hortikultura, pupuk alami dari kayu lapuk ini juga bagus digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman bunga, silahkan dicoba.

*sumber : 

- Wikipedia
- www.academia.edu � �Summary the material of wood�, uploaded by � S.Lumonon
- foto : member of kompas musafir group.



October 2015 - Selamat datang Pembaca Blog Rumah Pertanian dimanapun Anda berada saat ini, kali ini menyajikan artikel yang berjudul "October 2015", kami telah mempersiapkan artikel kali ini dengan sebaik-baiknya agar Anda dapat membaca dan mengambil informasi yang sedang Anda cari didalamnya. mudah-mudahan isi postingan dari Artikel hidroponik Artikel pupuk organik Artikel Sustainable agriculture yang kami hadirkan ini dapat membawa banyak manfaat bagi Anda. Baiklah, selamat membaca.

Judul:Cara Membuat Kayu Lapuk Menjadi Pupuk Organik - Rumah Pertanian
link : Cara Membuat Kayu Lapuk Menjadi Pupuk Organik - Rumah Pertanian

Baca juga


October 2015